Aspirasi Jabar || Demak - Wali Murid dari SMPN 1 Kebun Agung Kecamatan Kebun Agung Kabupaten Demak pada resah dengan adanya dugaan pungutan liar, keresahan ini di buktikan dengan mereka pada chatingan di washaap, mereka pada memperbincangkan adanya iuran-iuran.
Contohnya Iuran 800 ribu sebagai uang daftar ulang yang di bayar dengan cara di angsur mulai dari kelas 8, Demi untuk menutupi dugaan pungli tersebut, modusnya kwitansi pembayaran setelah di tandatangani oleh wali murid harus langsung di kumpulkan di wali kelas masing-masing ,dan bagi yang belum membayar akan terus di tagih .
Disamoing itu ada pula penjualan buku LKS di lingkungan sekolah yang menurut pengakuan dari beberapa narasumber, jika murid tidak membeli maka akan di hukum, hukumannya adalah di suruh berdiri di depan kelas dan disaksikan teman- temannya, ini semua dengan alasan karena LKS dijadikan pedoman mata pelajaran, sehingga bagi murid yang tidak membeli LKS tidak bisa mengikuti pelajaran.
Dan juga ada kegiatan belajar di luar sekolah (ekstra kulikuler), yaitu dengan iuran 90 ribu/siswa, menurut informasi kegiatan tersebut masih di wilayah Kabupaten Demak.
Menurut wali murid pungutan tersebut sudah lumayan besar, jika dilihat dari jumlah murid yang di laporkan sebagai penerima bos sekitar 751 siswa.
Kegiatan itu menurut salah satu guru diperkiraan akan menyewa 12 armada bus, dengan biaya sewa 500 ribu/armada ,uang parkir bus 50 ribu/armada, uang 1 x makan 20 ribu, uang tiket 20 ribu/siswa, itu sudah banyak kelebihan.
” Iya benar, untuk kegiatan belajar di luar itu kami wajibkan, dan untuk iuran 90 ribu/anak itu menurut saya sangat mepet ,kabetulan saya sendiri yang mengurusi, untuk sewa bus 500 ribu ,makan 1x ,dan biaya parkir itu sampai 50ribu /armada ,dan juga belikan rokok untuk para sopir",Tegas Dwi A Guru kesiswaan.
Saat media konfirmasi di humas SMPN 1 kebun agung yang di temui oleh Kasmuin membantah adanya iuran wajib dan LKS.
"Untuk iuran wajib memang dulu pernah ada, tapi untuk sekarang ini sekolah sudah tidak berani, sekarang yang ada kontribusi suka rela dari wali murid, yang bisa di bayar secara mencicil, dan untuk LKS tidak ada kewajiban, hanya saja siswa yang tidak membeli bisa menulis di buku .”Ujar Kasmuin.
Adanya kegiatan Extra Olah Raga di luar ,seperti berenang dengan iuran 35 ribu / anak ,setiap Minggu bahkan seminggu bisa 2x bergiliran,dengan armada truk 2 hingga 3 armada ,juga diduga hanya untuk mendapatkan keuntungan pelaksana saja.
Banyak kejanggalan dalam dugaan pungli tersebut jika dikatakan sebagai sumbangan suka rela ,pasalnya jika sumbangan suka rela kenapa harus di kumpulkan melalui komite,dan besarannya di nasib karena pembayaran di bayar bisa dengan cara di angsur , seharusnya jika itu memang sumbangan suka rela kenapa tidak kasih tong kotak amal saja di sekolah,jadi siapa pun dan berapa pun yang memberikannya tidak mengetahuinya,dan juga banyaknya kegiatan ekstrakulikuler yang diduga hanya untuk mendapatkan keuntungan pelaksana saja.
Nur Hadi sebagai Plt. Kepala Sekolah SMPN 1 Kebon Agung sendiri menyatakan saat kami konfirmasi di kediamannya , dia mengatakan bahwa guru guru di SMPN 1 kebon agung kebanyakan orang bekerja kalo tidak ada uangnya gak jalan ,dan semuanya di itung dengan uang ,banyak kegiatan tetapi gak ada prestasi nya ,dan juga kebanyakan mengikuti ekstrakulikuler tetapi tidak ada prestasinya,sebagai PLT kepala sekolah SMPN 1 kebon merasa agung terabaikan,tidak seperti SMP lainnya yang pernah saya pimpin. Mungkin Kepala Sekolah lupa kalau guru-guru sudah menerima gaji dari pemerintah
Ditambah dengan adanya video viral murid murid yang bermain Remi,di halaman masjid sekolah,hal tersebut memperkuat kurangnya perhatian dan pengawasan yang ada di SMP N 1 Kebon Agung kabupaten Demak.
Terkait adanya aduan dan beberapa temuan dari hasil investigasi,ketua Aliansi Gerakan Akar Rumput Drs M Fikri ,akan mengadukan adanya dugaan pungli di tubuh SMPN 1 kebon Agung Demak ,agar di lakukan penyelidikan dan audit keterkaitan penggunaan anggaran dana bos .
Masyarakat berharap agar pihak terkait bisa tegas dalam menangani dugaan viralnya terkait kalangan murid dan wali murid tersebut.
Laporan : (Agil)