Guru Besar atau Sekedar Gelar? Mahasiswa Ushuluddin Tuntut Peran Lebih -->

Guru Besar atau Sekedar Gelar? Mahasiswa Ushuluddin Tuntut Peran Lebih

1 Sep 2024, September 01, 2024
Pasang iklan


Aspirasi Jabar ||  Bandung -;Sejumlah mahasiswa Fakultas Ushuluddin melakukan aksi protes dengan membawa payung di
tengah kampus, Kamis (29/08). 


Aksi ini diinisiasi oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan
Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang bertujuan untuk mengkritisi kinerja guru
besar yang dinilai tidak memberikan kontribusi berarti bagi jurusan, fakultas, maupun kampus. Aksi ini merupakan respon atas dugaan bahwa beberapa guru besar memperoleh gelar melalui
publikasi artikel ilmiah yang sebenarnya dikerjakan oleh mahasiswa.

 "Kami merasa tidak adil, bagaimana mungkin mahasiswa yang berusaha keras dalam penelitian malah digunakan untuk
kepentingan pribadi dosen?" ujar Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Alfian Fahmi, di
sela-sela aksi. Para mahasiswa yang mengikuti aksi ini membawa payung sebagai simbol perlindungan dari
ketidakadilan yang mereka rasakan. Menurut mereka, payung melambangkan perlindungan
terhadap mahasiswa yang terpinggirkan oleh sistem akademik yang seharusnya melindungi dan
mendukung perkembangan intelektual mereka.

 “Kami di sini bukan hanya untuk memprotes, tapi juga untuk menuntut perubahan. Kami ingin
transparansi dalam proses penilaian dan promosi akademik, serta penghargaan yang layak atas
kerja keras mahasiswa,” lanjut Alfian.


 Aksi ini juga mendapat dukungan dari beberapa alumni yang merasa bahwa isu tersebut sudah
lama menjadi permasalahan namun tidak pernah diungkapkan secara terbuka. Salah satu alumni, yang enggan disebutkan namanya, menyatakan, “Sudah waktunya ada keberanian dari
mahasiswa untuk menyuarakan ini. Guru besar seharusnya menjadi panutan, bukan mengambil
keuntungan dari usaha mahasiswa.” Kerap kali para guru besar juga tidak menjalankan tugas nya, yaitu mengajar dan masuk di kelas. Ada yang hanya beberapa kali saja sebagai pengugur kewajiban, ada juga yang mungkin sama
sekali tidak masuk.


 “Jabatan akademik tertinggi yang mereka sebut, guru besar atau dengan merasa bangganya
mereka dipanggil dengan sebutan profesor, seharusnya bisa membawa kebermanfaatan lewat
budaya akademik kampus yang sangat kental. Tapi hari ini, apa kebermanfaatan panen raya guru
besar di UIN, terkhusus di Ushuluddin. Selain hanya eksistensi dan kepentingan pribadi,” ujar lfian.


Meskipun aksi berlangsung damai, para mahasiswa berharap suara mereka tidak diabaikan oleh
pihak fakultas. Mereka menuntut agar segera dilakukan audit dan evaluasi terhadap kontribusi
para guru besar di Fakultas Ushuluddin. Dengan berakhirnya aksi ini, mahasiswa berharap ada perubahan nyata di tingkat fakultas dan universitas.


 "Ini bukan soal satu atau dua orang, tapi ini tentang integritas akademik yang harus
dijaga demi masa depan pendidikan di kampus ini," tegas Alfian sebelum membubarkan massa
aksi.
Penulis : Rafi Taufiq

TerPopuler