Aspirasi Jabar||Banjar-Kalau ada satu gerakan perjuangan mulia yang sedang dilakukan, bagaimanakah sikap dan posisi anda? Diam saja dan duduk manis menyaksikan layaknya seorang penonton? Atau ikut berkontribusi, berjuang memberikan dukungan dan bantuan?
Kalau ikut berkontribusi, suka rela mengulurkan tangan dan dukungan, bahkan bersedia “batuturukan”, bergotong royong mewujudkan tercapainya perjuangan mulia tersebut, maka kebudayaan Banjar menyebutnya “umpat mangumpul baras”.
Di kampung-kampung Banjar, kalau ada perayaan pesta atau hajatan, seluruh sanak keluarga yang disebut dengan “bubuhan”, termasuk tetangga, kawan dan kerabat, memberikan bantuan dan dukungan materi agar pesta dan hajatan dapat terwujud. Dengan banyaknya dukungan, beban yang dipikul tuan rumah menjadi lebih ringan.
Semua yang ikut memberikan andil terwujudnya pesta, memiliki hak untuk turut bersuka ria dan bergembira, bahkan turut serta memetik hasilnya bila pesta atau hajatan terselenggara dengan sukses. Sementara yang tidak berkontribusi, tetaplah sebagai penonton, dan tidak mungkin segembira dan sesuka cita yang sudah memberikan kontribusi.
Begitu pula perjuangan politik. Sebab upaya memenangkan pertarungan politik itu tidak mudah, jalannya curam, terjal, penuh tanjakan, sarat hambatan dan rintangan. Bahkan pesaing atau kompetitor yang dilawan sarat amunisi, sehingga gampang melakukan apapun tanpa batas. Maka kalau ada orang baik yang sudah dikenal jejak rekamnya ikut serta bertarung dalam politik, jangan biarkan ia berjuang sendirian. Layak didukung, dibantu, dicarikan jalan, agar perjuangannya lebih mudah, minimal diberi semangat dan motivasi.
Kalau anda orang yang turut berjibaku memberikan dukungan, maka ketika perjuangan tersebut berhasil dilakukan, anda lah yang turut serta bergembira, bahkan diajak menikmati hasil kemenangan perjuangan tersebut. Seberapa besar kontribusi yang diberikan, sebesar itulah hak anda untuk turut menikmati hasilnya, bahkan mungkin lebih, sebabnya karena anda “umpat mangumpul baras”
(nm)
Oleh: Noorhalis Majid