Aspirasi Jabar - Susu merupakan salah satu minuman yang umum dikonsumsi oleh banyak orang di seluruh dunia. Selain memberikan nutrisi penting seperti kalsium dan vitamin D, susu juga dapat menjadi sumber protein yang baik. Namun, bagi mereka yang ingin menjaga berat badan atau mungkin sedang menjalani program penurunan berat badan, mungkin ada pertanyaan mengenai jenis susu apa yang sebaiknya mereka konsumsi. Salah satu pilihan yang sering muncul adalah susu low fat atau susu rendah lemak. Namun, apakah susu low fat benar-benar 0% lemak dan tidak membuat gemuk? Mari kita telusuri lebih dalam.
Susu low fat adalah susu yang telah diproses untuk mengurangi kadar lemaknya. Biasanya, susu low fat memiliki kadar lemak kurang dari 2% atau 1%. Susu rendah lemak dengan kandungan lemak sebanyak 1%, memiliki 127 kalori, 2 gram lemak jenuh, dan 13 miligram kolesterol di dalamnya. Sedangkan susu rendah lemak dengan kandungan lemak sebanyak 2 %, memiliki 139 kalori, 4 gram lemak jenuh, dan 22 miligram kolesterol di dalamnya.
Ada juga susu yang diklaim sebagai susu non-fat atau 0% lemak, yang berarti tidak ada lemak sama sekali. Banyak orang percaya bahwa dengan mengonsumsi susu low fat atau non-fat, mereka dapat mengurangi asupan lemak dan mengontrol berat badan mereka. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena di dalam susu segar mengandung berbagai zat makanan lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Secara kimiawi susu normal mempunyai komposisi air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%).
Namun, penting untuk memahami bahwa meskipun susu low fat mengandung lebih sedikit lemak dibandingkan dengan susu biasa, itu tidak berarti bahwa susu tersebut benar-benar bebas lemak. Meskipun susu non-fat mengandung 0% lemak, tetap ada kalori yang berasal dari karbohidrat dan protein dalam susu tersebut. Oleh karena itu, susu low fat atau non-fat masih dapat memberikan kontribusi kalori pada diet kita.
Apakah susu low fat membuat gemuk? Jawabannya sebenarnya tergantung pada bagaimana susu tersebut dikonsumsi dan bagaimana susunan makanan kita secara keseluruhan. Jika seseorang mengonsumsi susu low fat sebagai bagian dari pola makan yang seimbang dan kalori total yang masuk masih dalam batas yang tepat, maka susu low fat tidak akan membuat gemuk. Namun, jika seseorang mengonsumsi susu low fat dalam jumlah yang berlebihan dan tidak seimbang dengan pola makan sehari-hari, itu bisa menyebabkan kelebihan kalori. Kelebihan kalori, apakah berasal dari lemak, karbohidrat, atau protein, dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Oleh karena itu, penting untuk tetap memperhatikan asupan kalori secara keseluruhan dan menjaga keseimbangan nutrisi dalam pola makan kita.
Selain itu, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan kalori yang berbeda-beda tergantung pada faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan tujuan tubuh. Jadi, seseorang yang ingin menjaga atau menurunkan berat badan harus mempertimbangkan kebutuhan kalori pribadi mereka dan membuat keputusan makan berdasarkan itu. Selain mempertimbangkan jumlah kalori, kita juga perlu memperhatikan kualitas susu yang kita konsumsi. Susu low fat atau non-fat mungkin memiliki lebih sedikit lemak, tetapi proses pengolahan yang dilakukan untuk menghilangkan lemak tersebut juga dapat mengurangi beberapa nutrisi penting. Lemak dalam susu mengandung vitamin larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Jadi, dengan mengonsumsi susu low fat atau non-fat, kita juga harus memastikan bahwa kita memperoleh nutrisi penting ini dari sumber lain.
Lalu, apakah sebenarnya mengkonsumsi susu akan membuat badan gemuk? Faktanya, meskipun susu sapi mengandung lemak, namun susu juga mengandung berbagai nutrisi penting seperti protein, kalsium, vitamin D, dan vitamin B12. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Nutrition menyatakan bahwa konsumsi susu dan produk susu yang rendah lemak atau non-fat tidak berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas atau peningkatan berat badan. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa orang yang mengonsumsi susu rendah lemak atau non-fat cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi susu. Selain itu, konsumsi susu secara teratur juga dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan osteoporosis.
Penelitian lain yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition juga menunjukkan bahwa konsumsi susu tinggi kalsium dapat membantu dalam pengendalian berat badan. Kalsium dalam susu dapat mempengaruhi metabolisme lemak dalam tubuh dan berkontribusi pada pembakaran lemak yang lebih efisien. Namun, penting untuk diingat bahwa seperti halnya dengan semua makanan dan minuman, konsumsi susu harus seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, susu maupun produk susu lainnya bisa memberikan kontribusi kalori yang berlebihan dan berpotensi menyebabkan peningkatan berat badan.
Selain itu, efek konsumsi susu terhadap berat badan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pola makan keseluruhan, tingkat aktivitas fisik, dan kebiasaan hidup sehat secara umum. Jadi, konsumsi susu dalam kerangka pola makan seimbang dan gaya hidup aktif tetap merupakan pendekatan yang dianjurkan untuk menjaga berat badan yang sehat.
Secara keseluruhan, pandangan bahwa konsumsi susu membuat badan gemuk adalah mitos yang tidak sepenuhnya benar. Susu sapi, terutama susu rendah lemak atau non-fat, dapat menjadi bagian yang bernutrisi dan sehat dalam pola makan yang seimbang. Tetaplah memperhatikan jumlah kalori keseluruhan dan menjaga gaya hidup aktif untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat.
Kesimpulannya, susu low fat atau non-fat tidak benar-benar 0% lemak dan masih memberikan kontribusi kalori pada diet kita. Susu ini tidak secara langsung membuat gemuk, tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan atau tidak seimbang dengan pola makan yang lain, dapat menyebabkan kelebihan kalori dan peningkatan berat badan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan jumlah kalori dan menjaga keseimbangan nutrisi dalam pola makan secara keseluruhan.
Sumber:
1. Haque, M., et al. (2020). Composition, Physical and Functional Properties of Milk Protein Concentrates. Food Chemistry, 311, 125878.
2. Swartz, H., et al. (2017). A Comprehensive Review on Lactose Intolerance and Its Effect on Health. Dairy Science & Technology, 97(1), 1-12.
3. Ong, L., et al. (2010). Fatty Acid Composition and Conjugated Linoleic Acid Content in Milk from Cows Fed Different Diets. Journal of Dairy Science, 93(5), 1918-1927.
4. Nuttall, J., & Gannon, B. (2011). Review of Vitamin D Deficiency in Rural and Urban Women across the Life Span. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 23(12), 676-682.
5. Park, Y., & Pariza, M. (2007). Mechanisms of Body Fat Alterations in Response to Conjugated Linoleic Acid (CLA) in Animals and Humans. Nutrition Research, 27(12), 678-688.
(Muhamad irvan)