-->
Sabtu 15 Mar 2025

Notification

×
Sabtu, 15 Mar 2025

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Peran Milenial untuk Perubahan Hakiki

9 Jun 2023 | Juni 09, 2023 WIB | 2 Views Last Updated 2023-06-09T09:30:49Z


Aspirasi Jabar - Democracy And Electoral Empowerment Partnership (DEEP) mempersiapkan kaum milenial untuk melek politik serta dapat terlibat secara langsung dalam mengawal proses tahapan Pemilu 2024 baik legislatif, Presiden dan juga Pilkada serentak.

Keterlibatan kaum milenial diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi keberlangsungan jalannya demokrasi yang dapat menghasilkan kepemimpinan Republik Indonesia ke depan lebih baik lagi.
Jika kita melihat potensi demografi penduduk usia muda dalam percaturan politik nasional, semua pihak tentu sepakat potensi ini tidak akan dibiarkan begitu saja, lebih-lebih memperhatikan potensi pemuda muslim dalam menentukan wajah politik bangsa di masa depan.

Namun, suara generasi muda hari ini dimanfaatkan oligarki untuk menaiki tangga kekuasaan, selepas itu generasi muda dieksploitasi untuk kerja, kerja, dan kerja. Peran agent of change di era society 5.0 diharapkan mengatasi masalah global.

Padahal, penyebab masalah dunia hari ini adalah penerapan sistem neoliberal yang eksploitatif oleh para oligarki kekuasaan, baik global maupun nasional. 

Oleh karenanya, dalam hal ini, generasi muda semestinya bisa menjawab dengan membuktikan sejauh mana kapasitas intelektual mereka. Narasi bahwa milenial dan gen-Z mudah diintervensi paham dan pihak luar hendaknya tidak terus berkembang.
Pemuda muslim juga tidak dibenarkan menerima penyesatan politik terhadap Islam maupun syariatnya. Akan tetapi hendaknya mereka paham Islam secara kafah.

Islam yang bermula datang dari jazirah Arab. Mustahil bisa meluas sampai ke Asia Tenggara seandainya Islam itu terpisah dari politik. Tidak akan ada Perang Badar tanpa adanya negara di Madinah yang dipimpin langsung Rasulullah SAW.

Fakta historis Mustafa Kemal, yaitu seorang agen Inggris yang meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah lalu menggantinya dengan Republik Turki sekuler, merupakan bukti tidak terelakkan bahwa tidak ada sekularisasi antara Islam dan kekuasaan politik kecuali dilakukan oleh para boneka penjajah.

Cukup sudah penderitaan masyarakat dunia yang dipimpin oleh ideologi kapitalisme sekuler yang rakus dan eksploitatif. Semua muslim maupun nonmuslim telah hidup menderita dengan sistem fasad ini. Hanya segelintir orang saja yang menikmati kekayaan bumi yang melimpah ruah.
Kesenjangan, diskriminasi, ketidakadilan, dan dehumanisasi adalah merupakan potret nyata lumpuhnya sistem demokrasi mencegah hegemoni oligarki dan korporasi multinasional.

Maka, berharap perubahan hakiki dengan tetap menggunakan mekanisme sistem demokrasi hanyalah harapan kosong. Para oligarki lokal akan selalu disokong oleh korporasi global untuk membeli kedaulatan rakyat. 

Boneka hanya akan berganti boneka. Namun akan berbeda perubahan dengan menggunakan mekanisme sistem Islam. Oligarki dan korporasi global tidak akan mampu membeli kedaulatan syariat.

Tersebab Islam adalah konsep kehidupan yang khas dan berbeda dengan konsep kehidupan lain yang ada di dunia. Maka memahami Islam dengan kafah membutuhkan kesungguhan dan keseriusan pemuda muslim.
Pemuda muslim perlu menjauhi pola pikir sekuler pluralistis dan pola sikap pragmatis hedonis. Pemuda muslim harus meluangkan waktu terbaiknya untuk memahami kesempurnaan sistem Islam.

Motto pemuda muslim harusnya berpikir, beramal, dan berjuang fi sabilillah. Sebab, masih ada Kota Roma menanti penaklukan setelah Konstantinopel ditaklukkan oleh para pemuda terbaik pada masa ini.

Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh : Tawati (Aktivis Muslimah Majalengka)
×
Berita Terbaru Update