Aspirasijabar | Sumedang-Sebelum acara PKM secara webinar berlangsung Webinar Penerapan Etnomatematika dan Etno-Informatika untuk Pelestarian Budaya di Kabupaten Sumedang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sains dan Teknologi FMIPA Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Tim Academic Leadership Grant (ALG) Departemen Matematika dan Departemen Ilmum Komputer pada Sabtu (24/10/2020).
Kegiatan ini diikuti oleh 400 lebih peserta perwakilan Guru dan Siswa SMP/Mts serta SMU/MA/SMK se-Kecamatan Jatinangor serta para dosen FMIPA dan FIB Unpad.
Acara dimulai dengan laporan Ketua Pelaksana Prof. Budi Nurani sebagai Kepala Pusat Studi Sains dan Teknologi FMIPA Unpad.
Dalam laporannya Prof. Budi Nurani mengatakan bahwa “Kegiatan ini
merupakan bentuk dari kepedulian dosen FMIPA Unpad kepada masyarakat Jatinangor dalam
melestarikan budaya Sunda melalui penerapan matematika serta informatika dalam budaya,
dinamakan Etnomatematika dan Etno-informatika” dalam bentuk kegiatan Pengabdian kepada
Masyarakat (PkM).
Selanjutnya acara diisi dengan sambutan Camat Kecamatan Jatinangor Drs.Herry Dewantara Dalam sambutannya Camat Jatinangor mengucapkan terima kasih kepada para nara sumber dari FMIPA Unpad dan para guru serta siswa perwakilan dari sekolah-sekolah di Kecamatan Jatinangor.
Camat Kecamatan Jatinangor mengharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi pelestarian budaya Sunda oleh masyarakat Kecamatan Jatinangor dan Kabupaten Sumedang pada umumnya.
Selain itu kegiatan ini dapat dilaksanakan secara terus-menerus untuk menjalin silaturahmi dan merealisasikan kerja sama antara masyarakat kampus Unpad dan
masyarakat Kabupaten Sumedang.
Acara PkM dibuka secara resmioleh Wakil Dekan FMIPA Unpad Prof. Iman Rahayu Dalam sambutannya Wakil Dekan FIPA Unpad menyatakan bahwa kegiatan ini realisasi kepedulian para akademisi kepada masyarakat sekitar kampus Jatinangor, khususnya dalam memperkenalkan pentingnya menjaga kelestarian budaya Sunda melalui penerapan matematika dan informatika dalam budaya.
Wakil Dekan FMIPA Unpad mengharapkan kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan lainnya di bawah koordinasi Pusat Studi Sains dan Teknologi dengan partisipasi aktif para dosen maupunmahasiswa untuk bersama-sama dengan masyarakat dalam melestarikan budaya
Sunda dari berbagai pendekatan kajian keilmuan.
Paparan dalam bidang Etnomatematika disampaikan oleh Prof. Budi Nurani yang mejelaskan
bagaimana menerapkan mateatika dalam budaya yang dapat disampaikan oleh para guru kepada
para siswa sesuai kehidupan sehari-hari di tatar Sunda, misalnya bagaimana cara menggunakan
ukuran tinggi, lebar, sudut menggunakan pendekatan budaya Sunda.
Sebagai contoh masyarakat
Sunda sejak jaman dulu telah menggunakan istilahm perhitungan sajeungkal, satangtung, sabuku
curuk, sagantang, sakompet, dan lain-lain. Selanjutnya dibahas tentang waktu simbolik budaya Sunda, dimulai dengan wanci ngagayuh ka subuh, wanci carangcang tihang, wanci haneut moyan, wanci pecat sawed, wanci manceran sampai wanci janari leutik, dan lain-lain.
Istilah dan simbol waktu tersebut masih digunakan oleh masyarakat Sunda sebagian besar di daerah pedesaan, namun mungkin sudah jarang diterapkan di perkotaan, apalagi oleh para siswa di era milenial ini.
Oleh karena itu, melalui kajian Etnomatematika ini diharapkan para siswa dikenalkan lagi pada istilah dan simbol matematika didukung dengan budaya,"Kajian Etnomatematika ini merupakan bagian dari Matematika yang ada dalam klasifikasi Mathematical Sciences Classification System (MSC) 2020 yang dikeluarkan oleh Mathematical Review (USA) dan zbMATH (Jerman).
Prof.Budi Nurani sedang memberikan materi kepada para peserta PKM secara Webinar.
Agenda PkM dilanjutkan dengan paparan tentang Etno-informatika oleh rof. Atje Setiawan Abdullah,
Guru Besar Ilmu Komputer FMIPA Unpad. Prof . Atje Setiawan Abdullah sebagai Koordinator Tim Alg
bersama Tim Penelitia Riset Dasar Kemenristek Dikti Dr, Mumuh Muhsin Zakaria, Dr. Juli Rejito,
Atitya Pradana, M.Eng., Fahmi Candra Permana, M.T serta Prof. Budi Nurani membahas tentang
Etno-informatika untuk Antroponimi atau penamaan orang di wilayah Kabupaten Sumedang.
Kajian Antroponimi ini Bertujuan untuk mendeskripsikan bagimana penamaan orang di Kabupaten
Sumedang dikaitkan dengan budaya dalam seratus tahun terakhir didukung dengan aplikasi software
Antroponimi yan dibangun menggunakan program Java.
Salah satu SMPN di Jatinangor sedang mengikuti webinar tentang kebudayaan yang di laksanakan
oleh FMIPA UNPAD (foto agus)
Dalam paparannya, Prof. Atje Setiawan menyatakan bahwa Etno-informatika adalah penerapan
Informatika dalam budaya dan merupakan bagian dari Etnosains yang digunakan untuk melihat
bagiamana kajian budaya dari perspektif ilmiah.
Metodologi yang digunakan dalam kajian Etno-informatika untuk Antroponimi adalah proses knowledge discovery in database pada data mining, proses mengekstrak pengetahuan secara otomatis dari database yang besar, untuk mendapatkan pola-pola yang menarik sehingga diperoleh suatu pengetahuan.
Penerapan Antroponimi dengan
mengeksplorasi database penduduk di kabupaten Sumedang tahun 2019, hasil sensus dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Sumedang.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sepuluh nama awal orang yang paling banyak digunakan
atau paling favorit di kabupaten Sumedang adalah Muhammad, Muhamad, Asep, Siti, Agus, Dede,
Ade, Ai, Tati, Dadang. Nama Muhammad menjadi favorit sejak tahun 2000 sampai sekarang 2020,"
Sedangkan Sepuluh nama awal favorit yang baru muncul dalam sepuluh tahun terakhir (2010-2020).
diurut berdasarkan ranking meliputi; Naura, Arsyla, Keyla, Raffa, Rafka, Aqila, Zahra, Keusha dan AleshaPemberian nama awal di pedesaan dan perkotaan Kabupaten Sumedang, delapan puluh persen masih mempertahankan budaya Sunda.
Informasi 10 nama awal favorit dari 100 nama di masing-masing
wilayah pedesaan dan perkotaan, terdapat 80% memiliki kesamaan, sedangkan 20% berbeda," Nama-
nama yang ada di kedua wilayah tersebut adalah Siti, Dede, Ade, Muhammad, Asep, AI, Tati dan
Agus. Sedangkan nama-nama berbeda di pedesaan ada nama Amad dan Cucu, sedangkan di
perkotaan ada Sri dan Ahmad. Selain itu ranking nama masing-masing wilayah perkotaan dan pedesaan berbeda.
Kesamaan nama diri memiliki makna, orang Sumedang itu memiliki karakter kasih sayang, religius, menghormati leluhurnya, memiliki perasaan halus, pekerja keras, mandiri, mempunyai harapan dan komunikatif.
Selain itu setiap lokasi memiliki nama diri sebagai ciri khas masing-masing, baik setiap kecamatan, desa dan kota, serta dalam 5 wilayah utara, selatan, barat, timur dan tengah di kabupaten Sumedang.
Secara umum nama Sunda di Kabupaten Sumedang masih banyak digunakan, tetapi umumnya relatif
turun, diganti dengan nama-nama baru sebagai serapan dari nama-nama budaya lain.
Perubahan pemberian nama diri di kabupaten Sumedang khususnya, umumnya nama diri pada budaya Sunda di Jawa Barat, disebabkan oleh perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi. Hasil
penelitian yang disajikan melalui PkM ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat, khususnya bagi generasi muda sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu usaha yang signifikan dari pemerintah untuk mempertahankannya, sehingga budaya dan kearipan lokal khususnya penamaan orang di kabupaten Sumedang, umumnya budaya Sunda bisa dipelihara dengan baik.
Penelitian tentang Etno-informatika ini juga menjadi bagian topik kajian dalam Konsorsium Internasional Research Innovation and Staff Exchange Social Media Analytics (RISE_SMA) didanai dana European Union periode 2019-2022, yang diketuai Prof. Sten Stieglitz dari Universit Duieburg Essen Jerman, dan Unad menjadi partner dari negara berkembang bersama institusi negara maju lainnya, seperti LIACS Leiden University, University of Agder Norwegia, dan lain-lain.
Agenda PkM ditutup dengan paparan dari Mira Suryani, M.Kom. dari Departemen Ilmu Komputer berjudul Computational Thinking bagi para siswa di sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas.
Dalam paparannya Mira menyampaikan bahwa latihan berfikir komputasional dapat membantu meningkatkan kemampuan akademik siswa dengan bantuan teknologi informasi, siswa didorong untuk mengerti materi dengan bantuan visual untuk mengenal pola dalam bidang matematika, dan lain-lain.
Untuk dapat berlatih berfikir komputasional ini para siswa dapat bergabung dengan Bebras Challenge Unpad dan website: https://tantanganbebras.ipb.ac.id
. Untuk komunikasi dapat diikuti pendaftaran sampai 5 November 2020 melalui http://bit.ly/DaftarBCUnpad-2020.
Selain paparan dan diskusi, agenda PkM juga diisi dengan demo program aplikasi Antroponimi
(penamaan orang) di Kabupaten Sumedang melalui diskusi interaktif mencoba langsung menginput
nama orang dari nama para guru maupun nama siswa untuk dicek apakah mengikuti grafik sebagai
nama yang menurun, menghilang atau masuk sebagai nama baru.
Diskusi interaktif ini disambut
hangat oleh para peserta dan diikuti secara antusias sampai acara berakhir dan ditutup secara resmi
oleh Ketua Pelaksana, Prof. Budi Nurani.
Penulis: ( Red/Agus Purwanto )