Aspirasijabar.net-Bogor. Pertengahan Bulan Mei tahun 2020 ini, menjadi pekan terakhir bagi pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan 1441 Hijriyah yang dilaksanakan kaum muslim, termasuk di Indonesia. Pada tahun - tahun sebelumnya, dimana situasi dan kondisi sosial berjalan normal, hari - hari terakhir di bulan Ramadhan menjadi puncak aktifitas kegiatan masyarakat dengan berbagai kebutuhan dan tujuannya.
Tahun ini, wabah pandemi Corona Virus Disseas 2019 (Covid-19) telah merubah semua gaya kehidupan sosial masyarakat. Serangan virus Corona telah dinyatakan sebagai pandemi global dan sejumlah negara pun telah membuat berbagai kebijakan ketat guna membatasi aktifitas masyarakat sebagai upaya memerangi penyebaran dan penularannya.
Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak beberapa waktu lalu, dan saat ini beberapa pemerintah Kota/Kabupaten dan Provinsi, telah kembali memperpanjang waktu pelaksanaan PSBB tersebut. Adapula pemberlakuan larangan mudik lebaran dan lain - lainnya, yang kesemuanya bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran dan penularan Covid 19.
Di tengah kondisi ini, muncul pula wacana relaksasi pelaksanaan PSBB. Wacana relaksasi atau pelonggaran PSBB muncul, mungkin karena adanya dua faktor kondisi dinamika kehidupan sosial masyarakat seperti yang diuraikan diatas. Pertama, meningkatnya aktifitas kegiatan masyarakat jelang lebaran baik kegiatan ekonomi dan keagamaan, termasuk tradisi budaya mudik. Kedua, karena ancaman potensi bahaya penularan dan penyebaran Covid 19 yang hingga saat ini masih belum bisa terkendalikan secara maksimal.
Setidaknya, dua faktor ini diperkuat dengan adanya fakta dan data yang penulis temukan saat melakukan penelusuran di beberapa wilayah terdampak pandemi Covid-19. Beberapa warga masyarakat yang ditemui mengaku saat ini mereka merasa dalam posisi dilematis. Satu sisi, menjelang lebaran sudah pasti selalu ada peningkatan berbagai kebutuhan terutama soal ekonomi. Di sisi lain, mereka mengaku khawatir terhadap potensi adanya penularan Covid 19 serta keharusan mengikuti aturan pemerintah terkait pelaksanaan PSBB.
Kondisi dilematis yang dirasakan sebagian masyarakat ini memang sebuah kenyataan dan manusiawi. Wacana relaksasi PSBB, akhirnya menjadi sebuah informasi yang menuai kata setuju dan tidak setuju. Sepertinya, di tengah kondisi pandemi dan pelaksanaan ibadah puasa, semua pihak lebih baik melakukan relaksasi (pengenduran) ucapan dan tindakan. Minimal, bisa melakukan pengenduran (tepatnya pengendalian) berbagai ucapan dan tindakan yang di dalamnya dapat menimbulkan dampak atau potensi ketidakbaikan (negatif) bagi kehidupan orang lain maupun orang banyak.
Jhon Patrick (1905-1955) seorang dramawan dan penulis skenario dari Inggris mengatakan, Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup (Pain makes you think. The mind makes you wise. Wisdom allows us to survive in life). Dalam konteks kekinian di tengah wabah pandemi ini, sejatinya sebuah kebijakan umum ataupun tindakan pribadi termasuk wacana yang dikeluarkan dan bersentuhan dengan aktifitas banyak orang, harus lebih dipertimbangkan secara matang. Ucapan dan tindakan setiap orang atau kelompok di tengah sebuah kesulitan yang belum berujung, memerlukan kecakapan dan kepandaian yang bijaksana, kajian yang teliti dan komprehensif serta sangat perlu mempertimbangkan berbagai aspek. Hal ini diperlukan agar kehidupan sosial masyarakat tetap berlangsung serasi.
Penulis : Fahry (Ketua FWHBU)
Reporter/Wartawan : Boim