Aspirasijabar.net - Masalah ada untuk membuat Kita terus berpikir dan semakin pintar, masalah bukan untuk diolah agar bisa mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok semata. Masalah yang tidak diselesaikan dari akarnya hanya akan membuat masalah baru dan memperburuk masalah yang sudah ada. Mencetak uang sedemikian banyak jumlahnya tanpa ada jaminan collateral yang nyata dan dimiliki sendiri, apalagi dari APBN dan hutang, tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Pembodohan sungguh benar-benar nyata terjadi, dan mereka yang merasa sudah pintar pun seringkali sebenarnya sudah sangat bodoh karena terperangkap pembodohan. Hasilnya, mereka tidak sanggup menyelesaikan masalah, hanya bisa menambah masalah dan meneruskan kebodohan serta melakukan pembodohan yang lebih dahsyat lagi. Pinter keminter.
Sayangnya siapa yang berani untuk mengakui kebodohan diri?! Bicara bodoh pun hanya sekedar basa basi, jika benar dibuktikan bodoh, marah dan tidak bisa menerima. Sakit hati dan lalu melampiaskannya dengan perbuatan yang sama sekali tidak bijaksana, apalagi bisa dianggap adil. Menutupi semua kebodohan itu dengan menuding dan terus marah tanpa henti. Bicara pun sudah asal meracau, yang penting terkesan ganas.
Seperti soal pencetakan uang yang tidak menggunakan jaminan emas atau perak, tidak dicetak sesuai dengan jumlah yang semestinya. Inflasi jadi tidak terbendung dan akan semakin sulit untuk mengatasi masalah ekonomi. Sehebat apapun kekuasaan, tetap membutuhkan stabilitas ekonomi dan keuangan untuk bisa bertahan. Kelas menengah yang dihancurkan oleh inflasi membuat Kelas bawah semakin hancur juga. Kelas atas tidak bisa hidup Dan berkembang tanpa Kelas menengah yang kuat.
Teori boleh berteori, namun teori pun bisa sangat berbeda dengan prakteknya. Teori sosialisme dan komunis bisa kelihatan sangat ideal dan seolah benar bisa membuat kesejahteraan bersama, namun kerakusan dan ketamakan manusia tidak diperhitungkan. Meski terus berkilah para penganutnya dan berpikir bahwa ada perkembangan teori yang lebih baik, tetap saja tidak bisa menghapuskan manusia-manusia rakus dan tamak.
Begitu juga dengan para kapitalis yang hanya memikirkan keuntungan. Uang banyak bisa tidak berlaku lagi pada saat terjadi wabah covid, seperti sekarang ini. Siapa yang sanggup membeli barang-barang hasil produksi para kapitalis ini? Jika pun masih ada yang sanggup, seberapa banyak dan mau sampai kapan? Kelas menengah Dan bawah adalah konsumen terbesar.
Indonesia tidak membutuhkan orang pintar untuk menyelesaikan masalah, tidak butuh orang yang hanya pandai berlogika menggunakan kemampuan otak terbatas meski merasa pintar dan hebat sekalipun. Indonesia membutuhkan manusia-manusia yang kaya hati, berjiwa besar, peduli, tulus, ikhlas, dan rendah hati untuk membuat negeri ini maju dan rakyatnya sejahtera. Logika hati bisa lebih luas daripada logika otak yang hanya sebesar otak di kepala.
Selesaikanlah masalah dengan sebaik-baiknya, mulai dari akarnya. Ibarat benang kusut, jangan Hanya digunting di tengah untuk dianggap selesai, tapi urut dari awal dengan sabar hingga benar-benar selesai terurai dan tergulung rapi. By Mariska Lubis, SE., MIntS. Komisaris Penajournalis.com. (Dewi Suparyani/Laela Hayati/Fany Seftiani)