Oleh : Antoni Yahya
(Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung/ Wakil Ketua I Internal KEMPAKA Bandung Raya)
Presiden Empat RI, KH Abdurrahman Wahid dikenang sebagai Bapak Pluralisme. Sosok mendiang yang lebih akrab disapa Gus Dur itu juga selalu memberikan nilai tambah bagi siapa saja.
Gus Dur dan kemanusiaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bangsa Indonesia sangat kehilangan tokoh besar yang titik pijak pemikiran dan orientasi besarnya adalah memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Gusdur pernah berpesan agar di pusaranya dipahat sebuah tulisan, “Di Sini Dimakamkan seorang Humanis”. Artinya, dia ingin dikenang sebagai pejuang kemanusiaan. Gelar tokoh humanis agaknya lebih tepat disematkan kepadanya. Sebab, humanisme Gus Dur benar-benar berangkat dari nilai-nilai Islam paling dalam, yang melampaui etnis, teritorial, hingga batas kenegaraan.
Berangkat dari kemuncuan Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19) yang meresahkan di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia, tidak lagi hanya masalah kesehatan namun telah menjadi ancaman nilai kemanusiaan.
Sejak pertama kali terdeteksi Desember 2019 dan hingga saat ini, jumlah korban terinfeksi terus mengalami pertambahan jumlah ‘suspek’ yang begitu signifikan.
Hampir di berbagai media menjadikan virus corona menjadi sebuah pemberitaan yang sering diperbaharui setiap saat. Hingga saat ini, virus tersebut masih dianggap memberikan ancaman serius bagi masyarakat hingga ke seluruh dunia dan penyebarannya begitu cepat. Yang kemudian hal tersebut memunculkan berbagai macam reaksi di seluruh kalangan masyarakat terhadap pandemi tersebut.
Kemudian dari sisi masyarakat sendiri, mendengar adanya kemunculan virus corona secara tidak terduga membuat mereka memiliki reaksi tersendiri akan adanya keberadaan virus ini. Sebagian besar masyarakat melihat virus ini seakan menjadi sebuah ancaman yang cukup serius.
Jika melihat yang terjadi di masyarakat dunia, hal ini menimbulkan kepanikan yang cukup luar biasa. Penjarahan, kelaparan, kebrutalan yang terjadi di negara dengan jumlah korban yang besar, hal ini menjadikan dunia krisis kemanusiaan.
Pandemi virus Corona di seluruh dunia kian mencemaskan, terutama - dan justru - di negara-negara maju. Amerika Serikat mencatatkan kasus terbanyak lebih dari 244.000 dengan lebih 6.000 kematian. Italia dihentak kematian warga yang sampai 13.000 orang. Sementara Prancis, kemarin, dalam sehari memakamkan 1.355 warganya yang meninggal oleh Covid-19.
Persaudaraan antarmanusia adalah arah toleransi sebenarnya yang dititipkan oleh Presiden Keempat Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tidak ada batas negara, tidak ada batas apalagi suku apalagi agama. Namanya manusia. Itulah yang diusung oleh dan awal-awal dicetuskan Gus Dur tahun 70-an.
Persaudaraan antarmanusia (Ukhuwah Insaniyah) merupakan konsep ketiga yang dicetuskan oleh Gus Dur. Sebelumnya, Gus Dur mencetuskan konsep persaudaraan Islam (Ukhuwah Islamiyyah) dan persaudaraan kebangsaan (Ukhuwah Wathaniyah).
Berbicara tentang kemanusiaan, yang menjadi nilai bukan lagi agamanya apa. Sekarang masyarakat kita butuh dorongan semangat toleransi yang berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan.
Di dunia yang begitu muram ini, saatnya umat manusia untuk bersatu meski mengambil jarak fisik yang renggang satu sama lain. Mengesampingkan perbedaan, menepis pertikaian, dan melemparkan jauh-jauh segala ego ke masa silam.
Jangan biarkan Pandemi ini di jadikan sebagai kepentingan komoditas politik. Tidak boleh ada lagi penolakan pemakaman pasien covid-19, karena pemerintah dan para pihak telah menetapkan kuburan bagi jenazah COVID-19 sesuai protokol, maka tidak sebaiknya warga masyarakat menolak penguburan. Apalagi sampai meminta jenazah yang sudah dimakamkan dibongkar kembali dan dipindahkan.
Persoalan tersebut merupakan ujian untuk melatih kemanusiaan. Jadi yang diuji untuk melatih kemanusiaan ini bukan hanya yang terkena bencana, tetapi kita yang menjadi saksi, apakah mau menolong atau tidak?
Mari saling mendukung. Mari saling berempati kepada mereka yang sedang berduka. Kita harus lawan provokasi tanpa dasar ilmu. Kita gunakan prinsip waspada rasional, bukan waspada emosional.
Karena pada hakikatnya, menempatkan konsep kemanusiaan di atas segala-segalanya menjadi salah satu cita-cita Gusdur, Bagaimana setiap agama pasti menjunjung akan sikap dan prinsip semacam itu. Bagaimana tidak, jika perpecahan dan pertikaian antar manusia telah tiada.
#kitaakanmenang