Oleh: Dede Bahtiar
(Mahasiswa IKIP Siliwangi Bandung)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah virus corona sebagai pandemik global, termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara paling terpapar, dimana angka korban terus bertambah dengan penyebaran dan penularan yang makin cepat dan meluas.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto menuturkan, hingga Minggu (29/3/20) siang, terdapat penambahan kasus positif Covid-19 sejumlah 130. Dengan demikian, hingga Minggu ini, total terdapat 1.285 kasus Covid-19 di Indonesia.
"Ada penambahan kasus baru positif sebanyak 130 orang, sehingga jumlah sekarang menjadi 1.285 (kasus)," kata Yurianto di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu.
Pemerintah telah menetapkan COVID-19 sebagai bencana nasional non-alam dan membentuk suatu Gugus Tugas Percepatan Penanganan yang menetapkan kebijakan himbauan tentang pembatasan sosial, dan pelibatan berbagai upaya respon lainnya. Pandemik ini berdampak komprehensif secara sosial, ekonomi dan hak asasi manusia secara luas terutama terhadap kelompok rentan. Mereka juga menanggung akibat langsung dari kebijakan pemerintah seperti isolasi, karantina rumah, karantina rumah sakit maupun tindakan yang paling serius, yaitu karantina wilayah. Belum lagi pelarangan dan marjinalisasi UKM beserta para pekerjanya dan konsumen mereka, para pekerja upahan serta pedagang dan pekerja di sektor informal.
Karenanya kebijakan dan tindakan pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus corona perlu diikuti dengan skema perlindungan/jaring pengaman sosial bagi kelompok rentan dan marjinal yang terkena dampak. Karena posisinya dalam keluarga dan elemen masyarakat, perempuan. Terutama dari keluarga berpendapatan rendah dan perempuan Kepala keluarga, tidak hanya akan terkena akibat langsung dari kebijakan pemerintah dalam menangani pandemik corona tetapi juga akan menghadapi beban dan tekanan ganda yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
Respon pemerintah Indonesia sejauh ini memprihatinkan dan mengkhawatirkan bagi masyarakat Indonesia dan dunia, termasuk ketidaksiapan dalam hal penyediaan fasilitas dan layanan kesehatan, infrastruktur dan kelembagaan yang sentralistik dan birokratis sehingga tidak mendukung kerja cepat dan tepat. Demikian juga dengan minim dan lambatnya pendeteksian akibat kebijakan yang sentralitistik dan birokratis, kegagalan komunikasi publik dan kurangnya transparansi. Kurangnya peran dan keterlibatan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat adalah juga bagian dari kelemahan mendasar dari respon pemerintah. Pernyataan-pernyataan para pejabat yang simpang siur menciptakan kesan ketidakseriusan, miskin empati dan sense of crisis, yang justru kontraproduktif bagi upaya penghentian penyebaran virus.
Kini, Indonesia memasuki awal fase kritis yang berpotensi memicu ledakan kasus yang berakibat melonjaknya angka kematian. Kondisi ini menuntut kesadaran kolektif dan cara kerja baru yang lebih inklusif, cepat, dan tepat dalam menjawab persoalan. Keberhasilan untuk menghadapi COVID-19, sekali lagi, menuntut kesadaran kolektif dan cara kerja baru. Suatu proses dimana pemerintah pusat bekerja dengan dukungan dari pemerintah daerah, pengusaha, dan seluruh elemen masyarakat, manakala diperlukan, dukungan dari masyarakat internasional.
Berdasarkan pertimbangan di atas, saya segenap masyarakat sipil untuk Indonesia Bergerak, mendesak pemerintah untuk melibatkan segenap komponen masyarakat, berdasar semangat kesetiakawanan dan gotong royong, mengerahkan tenaga dan sumberdaya; serta melibatkan seluruh elemen masyarakat secara nyata dan terstruktur dalam pengambilan keputusan serta pelaksanaan. Di tengah himbauan Pemerintah dan Tenaga Medis terhadap masyarakat demi memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan melakukan pembatas sosial (Social Distancing).
Sesekali saya melihat beranda media sosial saya. Isinya perdebatan tentang bagaimana harusnya kita merespon COVID-19. Membingungkan memang, tapi saya sangat senang karena semua ternyata mencintai Republik ini. Perhatian, kritik, masukan memang selayaknya merekah agar jalannya Republik sesuai cita-cita bangsa dan negara. Dari seluruh perdebatan, ada yang lebih membahagiakan yaitu kepedulian seluruh elemen masyarakat. Dari yang mengirimkan do’a agar seluruh tenaga medis dan orang yang dinyatakan positif agar selamat dan sehat, membelikan makanan online untuk ojek online, sampai penggalangan dana melalui online untuk membeli Alat Pelindung Diri (APD). Bahkan, kepedulian untuk meringankan beban medis yang rentan terhadap COVID-19 yang hampir semuanya digerakkan oleh pemuda. Dan sebetulnya ini bukan semuanya pekerjaan elemen masyarakat, pemuda, tenaga medis dan pemerintah saja, tetapi masalah ini adalah masalah bersama dan harus bersama-sama kita lawan, cegah, putuskan rantai penyebaran wabah COVID-19.
Dengan gotong royong salah satunya, ini cara yang sangat tepat dan sekarang saatnya semua elemen masyarakat sadar akan pentingnya saling melindungi dan saatnya masyarakat bersatu padu atas nama bangsa indonesia demi kepentingan bersama untuk mencegah Pandemi Covid-19 ini. MENTERI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyerukan agar masyarakat untuk bergotong-royong melawan pandemi COVID-19 dan tidak mengeluh.
"Saatnya kita semua gotong royong, saling bantu dan berikan solusi. Stop mengeluh, stop saling menyalahkan," ujar Menteri Erick melalui akun resmi instagram yang diunggah, Jumat (27/3/2020).
Ia menyampaikan, saat ini merupakan waktunya bergerak bersama-sama mulai dari hal terkecil untuk melawan pandemi COVID-19. Sebelumnya, Menteri Erick mengatakan peran rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) dalam mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di lingkungan masing-masing sangat penting.
"Saya juga memohon dengan hormat untuk rekan-rekan media juga dapat membantu untuk mengingatkan semua RT/RW, Camat, Bupati, Kepala Daerah, untuk mulai bergerak di zona-nya masing masing. Karena saya yakin para pimpinan daerah ini juga bisa mencegah penyebaran COVID-19," ujar Menteri BUMN, Erick melalui video konferensi di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Ia mengatakan dengan pencegahan secara bergotong-royong dari berbagai elemen masyarakat maka diharapkan penyebaran COVID-19 dapat dicegah. Dan pernyataan Dr. Tirta Mandira Hudi, sentil Nama dua artis indonesia terkenal “kalian-kalian tuh saudara Atta halilintar dengan teman-teman Reza arap dan teman-temannya punya follower banyak yang selalu pamer mobil mewah di Instagram dan YouTube nya. Tolonglah bantu pemerintah dan masyarakat jual 1 mobilmu dan berikan itu donasi ke temen-temen lu kalau emang lu pahlawan, di sini mainnya, jangan cuma manfaatin follower buat pribadi doang. Jika kalian berdonasi dan bisa mempasilitasi secara kebutuhan sehari-hari mungkin para ojek online dan seluruh rakyat indonesia mampu untuk lockdown sekali pun” Ucapnya, (ILC/25/03/2020).
Pernyataan yang sangat saya kagumi, dan bukan hanya Atta dan Reza Arab saja artis terkenal dan berpenghasilan ekonomi tinggi di indonesia, seperti yang anda ketahui. Banyak sekali dan tidak akan terhitung oleh jari tangan anda sendiri. Coba anda bayangkan jika para artis dan orang punya penghasilan ekonomi tinggi yang misalkan berdonasi satu orang 100 Juta untuk bangsa indonesia, coba anda kalikan jika para artis ada di setengahnya jumblah penduduk negara indonesia. Berapa jumlah yang di donasikan dari hasil perkalian itu? Tidak terbayang kan? Pasti banyakkan?, maka dari itu saatnya saya dan kita semua membangun kesetiakawanan dan bergotong royong demi negara tercinta dan bangsa indonesia untuk melawan pwmdemi COVID-19.