-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Daya Tahan Manggis Purwakarta Menjadi Pembeda dengan Manggis dari Daerah Lain

26 Feb 2020 | Februari 26, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-02-26T07:52:41Z



Aspirasijabar.net - Purwakarta,Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas Pangan dan Pertanian(Dispangtan) terus berupaya mendorong buah manggis atau ratu buah tropis dengan ciri khas warna kulit merah keunguan, memiliki daya saing secara global. Sebagaimana diketahui, Manggis Wanayasa, saat ini menjadi buah primadona khas Kabupaten Purwakarta.

Kepala Bidang Perkebunan dan Holtikultura, Dispangtan Purwakarta, Hadiyanto Purnama mengatakan, manggis Purwakarta masuk dalam varietas Wanayasa, dan sudah terdaftar secara resmi di Kementerian Pertanian.

“Setiap daerah kan punya khas masing-masing. Kalau Manggis Purwakarta, punya khas tersendiri. Salah satunya, terlihat dari teksturnya yang lembut dan kulit luarnya yang mulus, juga dari perpaduan rasanya yang manis asam (segar),” ujar Hadiyanto Rabu, (26/02/2020).

Selain dari bentuk dan rasa, buah manggis khas Purwakarta memiliki daya tahan yang cukup lama. Sehingga, jika nantinya disimpan dalam ruangan bisa bertahan hingga 28 hari dengan kondisi masih segar.

“Kalau manggis daerah lain, itu biasanya bertahan kurang dari 28 hari. Kalau Manggis varietas Wanayasa, itu bisa bertahan lama,” jelasnya.

Hadi menjelaskan, saat ini luas lahan perkebunan Manggis di Purwakarta mencapai lebih dari 1.500 hektare. Lahan tersebut, tersebar di lima kecamatan. Yakni, Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, Darangdan dan Pondoksalam.

Saat ini, rata-rata produksi buah manggis saat panen raya, sekitar 47 ton per hektare. Hasil panen tersebut, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja, tapi juga untuk kebutuhan ekspor.

Ia menambahkan, dalam hal ini, pihaknya terus berupaya mendorong supaya produktivitas perkebunan manggis ini terus meningkat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu upayanya yakni dengan memberikan bimbingan mengenai good agricultural practice (GAP) dan standard operational procedure (SOP) kepada para petani.

“Dari sisi kuantitas sendiri, kami terus mendorong bagaimana supaya produktivitasnya terus meningkat. Sehingga, kebutuhan domestik maupun ekspor bisa tetap terpenuhi,” tambahnya. (Red)
×
Berita Terbaru Update