Sesuai Tim Data Path Acceleration Architecture (DPAA) bahwa ada sekitar 264 Prajurit Amerika yang gugur di Pulau Morotai pada PD II tersebut.
Hal tersebut disampaikan Kabid Kerjasama Bilateral Amerika-Kemenko Polhukam RI, Kolonel Laut (P) Bambang Pramushinto, M.A., saat rapat kerja sama dengan Pemda Morotai di Kediaman Bupati di Desa Yayasan, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai. Jumat pagi, 27 Desember 2019.
Berdasarkan informasi itu, Danlanud Leo Wattimena Pulau Morotai, Kolonel PNB Adi Setio,S.E., mengapresiasi.
Ia katakan, Kami akan mendukung program kerja yang akan dilaksanakan oleh Pemkab Morotai dan kami tetap merespon terhadap Konsep Mabes AU dalam rangka pengembangan kekuatan.
"Perlu disampaikan kepada Tim Amerika yang akan mengidentifikasi bahwa harus membawa Dokumen-dokumen untuk membantu proses Identifikasi," harapnya
Namun, Danlanal Morotai Letkol Laut (P) Karyadi Bangun, M.Tr.Hanla M.M., memberi tanggapan yang berbeda.
Dia katakan, kami juga agak bingung untuk mencari dimana makamnya prajurit AS, karena ada yang dari orajurit Australia dan Amerika berbaur, sehingga kami harus menghimpun keterangan Dari Masyarakat.
"Pada Prinsipnya Kami mendukung segala program pemerintah RI dan Amerika Serikat tentang pengangkatan jenazah yang ada di dasar laut itu berkaitan dengan UU tahun 2010 tentang cagar budaya," katanya mantap.
Menanggapi hal tersebut, pemerhati peninggalan Perang Dunia II Morotai, Muhlis Eso, mengatakan masih ditemukan oleh Jufri tentang tulang belulang yang temukan di dasar laut di pulau Morotai.
Lanjutnya, Namun di tanjung Dehegila kebanyakan Makam prajurit Belanda bukan Amerika. Sementara di Desa Sopi dan Cendana Banyak tulang belulang ditemukan namun itu tulang prajurit Jepang dan itu sudah saya selamatkan di beberapa peti.
Direktur I Amerika-Kementrian Luar Negeri (Kemlu) RI, Zelda Wulan Kartika, menyatakan sesuai dengan perintah Presiden bahwa kita harus membangun pulau-pulau terluar yang ada di Indonesia.
"Hubungan Bilateral Kita Dengan AS sangat baik dan ini menjadi Isu Utama Pemerintah AS sejak tahun 2012," ucapnya, sembari mengatakan,"Di Morotai peninggalan sejarahnya jelas dan sampai sekarang masih ada bukti-buktinya."
Sementara Wakil Bupati, Asrun Padoma, mengatakan kalau Cerita soal Belanda disini ada Kuburannya dan disini prajurit Amerika ada yang tewas hanya belum teridentifikasi. Demikian juga dengan prajurit negara lain yang ikut dalam sekutu AS.
Melengkapi penyampaian Wakil Bupati, Kajari Kepulauan Morotai, Supardi SH., menyarankan agar TGPF mempertimbangkan bahwa sejarah perang dunia II bukan hanya Tentara Amerika, ada Jepang, Belanda dan Australia. Sehingga terkait dengan hal itu maka tidak menutup kemungkinan negara-negara tersebut dapat mengikuti Amerika untuk mengidentifikasi Prajurit Mereka yang gugur di Pulu Morotai.
"Terkait dengan hal tersebut bahwa kami meminta saran untuk dibanagun Kantor Imigrasi di Pulau Morotai sebagai bentuk pengawasan," Saran Kajari, Supardi.
Kedeputian Bidkor Hanneg Kemenkopolhukam, Kolonel Sus Sobirin
Sementara Tokoh Agama sekaligus saksi sejarah PD II Pulau Morotai, Haji Umar, mengisahkan bahwa pada Saat perang Dunia II dirinya berada di pulau zum-zum yaitu tempat mendaratnya pasukan sekutu.
"Mereka datang dengan menggunakan Kapal mulai Dari Pulau Mitita sampai Pulau Kokoya. Ada 4 Tank Amphibi yang mendarat ke pulau zum-zum. Tetapi, soal kerangka jenazah tentara AS tidak di ketahui secara pasti," kisahnya.
Upaya Pemerintah RI melalui KemenkoPolhukam, Kemenlu dan Kemenhan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai. Namun, Bupati Benny meminta dibuat Monumennya sehingga menjadi wisata sejarah.(oje)