Oleh : Kusnadi
Tanggal 28 Oktober adalah sebuah peringatan yang mungkin semua masyarakat Indonesia barangtentu sudah mengetahuinya. Pada tanggal itu di Jakarta telah terjadi sebuah pergerakan persatuan pemuda Nusantara yang menginginkan persatuan.
Pergerakan yang dilaksanakan oleh berbagai elemen organisasi pemuda dari berbagai suku bangsa yang terdapat di bumi Nusantara ini. Pemuda dengan semangat juangnya terus mewarnai aktivitas persatuan demi terwujudnya, tanah air yang satu, bangsa yang satu, dan adanya bahasa persatuan.
Sumpah yang dilaksanakan 91 tahun yang lalu ini, sudah menjadi darah daging masyarakat Indonesia.
Sumpah Pemuda adalah tonggak utama pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah ini dianggap sebuah kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Pada saat itu perjuangan pergerakan Sumpah Pemuda adalah sebagai alat untuk melawan kolonialisme.
Pada zaman kolonial, yang menarik sebagai alat kolonialnya adalah perpecahan antar lini suku bangsa. Oleh sebab itu kolonial dalam hal ini Belanda yang saat menjajah Nusantara, menggunakan politik adu domba untuk terus memecah belah suku dan bangsa di Nusantara.
Menurut data Badan Statistik, sensus penduduk 2010 menyebut ada 1.340 kelompok suku di Indonesia. Suku bangsa tersebut tersebar di setiap daerahnya, suku bangsa tersebut memiliki pemahan terhadap epistemologis dan sosiologis yang berbeda-beda.
Pemahan epistemologi adalah bagaimana suatu suku bangsa tersebut memiliki dasar hakikat pengetahuannya, dan dasar hakikat tiap suku bangsa tersebut berbeda-beda.
Pemahaman aksiologi adalah suatu problem dan dasar-dasar dari nilai yang menjadi suatu pedoman kontruksi sosial yang ada.
Mengingat beragamnya suku bangsa di Indonesia, Sumpah Pemuda ini menjadi semangat pemersatu suku bangsa yang ada di Nusantara.
Dengan adanya pergerakan persatuan ini perbedaan epistemologi dan aksiologi yang terdapat di dalam suku bangsa mampu menyatu dengan epistemologi dan aksiologi baru, yaitu Tanah Air Indonesia. Setiap paradigma filosofi yang ada menjadi satu dengan adanya Sumpah Pemuda ini. Hal inilah yang menjadikan pentingnya Sumpah pemuda ini dalam menyatukan landasan filosofis dari tiap suku bangsa.
Peran Sumpah Pemuda dalam era kontemporer saat ini, juga memainkan posisinya sebagai semangat persatuan antar perbedaan yang ada. Dengan adanya kemudahan akses media sosial yang tentunya belum ada saat 91 tahun yang lalu, rasa persatuan terhadap lapisan masyarakat dapat semakin dekat.
Karena apa yang menjadi permasalahan setiap suku bangsa dapat di akses dengan mudah oleh satu genggaman. Semua terasa dekat, dan semua bisa berinteraksi dengan mudah. Namun sudah barangtentu tidak semuanya menggunakan media ini dengan hal positif, tetapi ada juga kemudahan tersebut digunakan untuk semakin memecah belah landasan filosofis yang sudah ada.
Maka di Hari Sumpah Pemuda di tahun 2019 ini, mari kita refleksikan kembali semangat persatuan ditengah perbedaan. Jangan sampai NKRI terpecah belah oleh oknum yang ingin memecah kita.
Purwakarta, 28 Oktober 2019.