-->
Minggu 16 Mar 2025

Notification

×
Minggu, 16 Mar 2025

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dua Wajah Sang Pemimpin

22 Sep 2019 | September 22, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-09-22T10:32:29Z

Kusnadi

Aspirasijabar.net
Kekuasaan itu bukan takhayul! Memang ia nyata, bukan khayalan belaka ... Demi mempertahankan daya magis kekuasaannya, seorang diktator wajib bermuka dua sebagaimana halnya tuan pemimpin.
"Semua pangeran tidak memiliki semua kualitas baik, tapi sangat perlu untuk tampil seolah-olah memiliki semua itu," demikian ungkap Niccolo Machiavelli tentang satu sisi wajah kekuasaan dalam The prince. Karya yang ditulis abad ke-16 ini merupakan persahabatan Machiavelli kepada pemimpin Florence kala itu. Kendati di cap buruk karena dianggap mengajari menjadi penguasa bermuka dua, tapi tidak butuh waktu lama untuk menunjukan bahwa itulah kenyataannya.

Lewat El senior presidente (Tuan presiden), Miguel A hendak membumikan apa yang dikatakan Machiavelli. Novel yang bercerita tentang pemimpin salahsatu negara Amerika Latin yang berwajah ganda. Bermula dari kematian seorang perwira militer, Parrales Sonriente yang kebetulan berteman dengan si Tuan Presiden, pembaca akan dibawa kedalam serangkaian adegan yang serupa mimpi buruk: hidup dibawah kediktatoran. 

Pemimpin yang dalam novel tersebut tidak disebutkan namanya itu memiliki karakter layaknya diktator sejati. Kepada bawahannya yang menumpahkan tinta, dia menjatuhkan hukuman ratusan kali cambukan. Kepada pelayan gereja yang tanpa sengaja mencopot pengumuman ulang tahun ibunya dari pintu gereja, dia menjebloskannya kedalam penjara dengan tuduhan seorang revolusioner. Dia bahkan memelintir peristiwa pembunuhan Sonriente menjadi sebuah jebakan untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya.  
Ditengah semua itu, hadir sosok tokoh yang diposisikan sebagai orang kepercayaan Tuan Presiden sekaligus sahabatnya. Sosok yang bernama Miguel Muka Malaikat ini digambarkan memiliki pancaran dan penampilan bak malaikat, tapi disaat yang sama pula setampan dan selicik setan. Meskipun menjadi kaki-tangan tuan Presiden, muka Malaikat masih menunjukan muka belas kasih terhadap sesamanya. Pada saat-saat tertentu, hal tersebut seolah didukung pula oleh Tuan Presiden hingga tiba-tiba saja sahabat si muka Malaikat ini jatuh cinta.

Adalah Camila yang berhasil menebarkan benih cinta dalam hati muka malaikat. Benih yang kemudian tumbuh pesat hingga menghadirkan rasa cinta yang besar dan kuat diantara keduanya. Sialnya, Camila adalah Puteri dari lawan politik sang pemimpin negara. Sikap Tuan Presiden selanjutnya tentu sudah bisa ditebak.

Namun El Senor Presidente bukanlah novel yang sedangkal bukanlah novel yang sedangkal kisah sinetron. Dengan mahir, Asturias menyisipkan hal yang sangat penting dalam karyanya ini. Salahsatunya tentang bagaimana bersikap sebagai diktator sejati. Demi menjaga stabilitas negaranya, juga agar kekuasaannya tetap langgeng, seorang diktator dilarang merasakan cinta.
Sebagai manusia, Tuan Presiden jelas memiliki alter ego, yang Asturias, diejawantahkan nya kedalam sosok Muka Malaikat. Sebagai alter ego, Muka Malaikat diizinkan tampil baik hati dan berbelas kasih demi menciptakan citra positif sesuai kebutuhan Tuan Presiden, tapi terlarang untuk jatuh cinta. Sebab, serupa penyakit, cinta dianggap bisa melemahkan, bahkan mematikan. Itulah kenapa Tuan Presiden merasa harus membunuh rasa cinta yang terlanjut tumbuh itu kendati hal ini pula meniadakan si alter ego.

Seorang diktator memang tidak boleh merasakan cinta, tetapi wajib memiliki apa yang disebut daya magis. Inilah yang digunakan untuk melanggengkan kekuasaan. Dulu daya magis ini bisa didapat dari wahyu keprabon atau restu gereja/langit, pusaka, jimat dll. Namun di era modern, daya magis adalah kemampuan untuk menguasai sekiranya melalui sesuatu yang lebih kasat mata, seperti senjata, tentara, orang-orang kuat, hingga uang.

Inilah alasan perlunya pencitraan, agar apa yang tampak dari diri seorang diktator adalah nilai-nilai utamanya sebagai seorang manusia pilihan.
Hal tersebut menjelaskan hadirnya sederet gelar kehormatan yang disematkan pada Tuan Presiden, seperti pengayom negeri, ketua partai dan blablabla. 

Pendekatan yang dilakukan Asturias memang terbukti ampuh menunjukan daya magis kekuasaan sekaligus memikat pembaca untuk mengikuti sepak terjang Tuan Presiden yang keji. Namun, totalitarianisme bukanlah mimpi. Ia adalah sebuah bentuk kekuasaan yang nyata, dan barangkali kita sendiripun telah menjadi bagian darinya sejak sekian lama. Masalah yang ada dalam novel inipun bukan hanya masalah di negara-negara Amerika Latin, melainkan masalah seluruh warga dunia.

Kusnadi.
(BB/GPU).
×
Berita Terbaru Update