Foto: Ketua Gerakan Pemuda (GP) Anshor Yaqut Cholil Qoumas. |
"Itu bertentangan dengan prinsip dan ajaran kami sebagai santrinya Gus Dur," kata Faridz dalam keterangan tertulisnya, Ahad, 25 Agustus 2019.
Dia menerangkan, Gus Dur mengajarkan Ansor dan Banser NU untuk selalu melakukan pendekatan kemanusiaan dalam menyelesaikan konflik apapun.
Justru Gus Faridz, sapaan akrabnya, mengatakan Banser NU berhasil berkomunikasi dengan mahasiswa Papua pasca insiden itu pecah. Saat ini Banser NU menyebut penghuni asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan sebagai pasukan Gus Dur dan Banser ikut menjaga asrama tersebut.
Menurut dia, mahasiswa dan warga Papua adalah saudara sebangsa dan setanah air. "Siapapun yang menganggu mereka, berarti mengganggu kita. Siapapun yang menyakiti mereka, berarti menyakiti kita."
Pasca insiden di Surabaya kerusuhan pecah di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat. Berawal dari Manokwari, merambat hingga Fakfak, bahkan Jayapura. Sejumlah tokoh nasional pun telah datang ke tanah Papua untuk meredam suasana yang memanas.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah terpilih asal Papua, Yorrys Raweyai, datang ke Sorong terkait insiden ini. Di sana ia menerima aspirasi masyarakat dalam tujuh poin. Pada poin ketiga, masyarakat di Sorong meminta pemerintah membubarkan Banser NU.
Masyarakat Sorong tak menerangkan mengapa Banser NU harus dibubarkan. Yorrys Raweyai menegaskan usulan itu bukan dari dirinya melainkan dari masyarakat Sorong.
"Tolong digaris bawahi dan dipahami dengan baik, bahwa statement itu bukan dari saya, dan saya tidak pernah menyatakan hal tersebut," kata Yorrys.(Red)